Senin, 14 Desember 2015

BERAT BERPISAH DENGAN KELUARGA (Bagian 1)







Allah SWT. Berfirman :

“Barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rizki yang banyak......” (QS 4—An Nisaa’ : 100)

Berpisah dengan keluarga hanya untuk sementara tidaklah mengapa, demi kesejahteraan kita bersama. Apalah artinya kita selalu berkumpul menjadi satu jika keadaan kita sengsara, mengenaskan, kurang makan, kurang pakaian, kurang tempat tinggal, tidak punya uang, masa depan suram, anak isteri pada nangis kelaparan, tidak punya masa depan. Lebih baik kita untuk sementara merantau, kalau perlu ke negeri orang, jika memang kesempatan kita hanya di sana.


Dunia tidaklah hanya selebar daun kelor. Bumi Allah itu amat luas. Di manapun kita berpijak itu adalah bumi Allah. Kita tidak diharuskan bergerombol di suatu tempat. Kita bebas pergi ke manapun kita mau untuk mencari karunia Nya. Kalau ada yang menganggap bekerja di luar negeri merendahkan martabat bangsa itu salah besar. Koruptor dan para kriminallah yang merendahkan martabat bangsa, bukan kita yang berusaha mencari rejeki halal, meskipun harus sampai di negeri orang. Saudara kita tidak hanya orang serumah, orang sekampung, orang senegara, melainkan orang manapun di mana kita berada dan mau membantu kita adalah  saudara kita.

Allah SWT. Berfirman :

“Apabila telah ditunaikan sholat, maka bertebaranlah di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung.” (QS 62 - Al Jumu’ah : 10)

Berat berpisah dengan keluarga yang amat kita cintai dalam waktu yang cukup lama dan jarak yang amat jauh itu adalah wajar dan alalami. Itu menunjukkan bahwa kita masih memiliki rasa tanggungjawab dan cinta kasih. Kalau kita benar-benar mengasihi keluarga bukan berarti kita harus selalu bergandengan tangan dan berpelukan terus. Tanda kasih kita yang sebenarnya bukan itu.  Tanda kasih kita kepada keluarga adalah memperhatikan dan mengusahakan  kesejahteraan mereka, baik sekarang, maupun yang akan datang. Mereka tidak cukup kita peluk. Mereka butuh makan, butuh pakaian, butuh tempat tinggal, butuh masa depan yang lebih baik.  Untuk itu kita wajib berkorban demi kesejahteraan mereka. Itulah tanda kasih sayang kita kepada mereka yang sesungguhnya.

Nanti kalau isteri saya menyeleweng bagaimana? Nanti kalau saya menderita di sanan bagaimana? Nanti kalau saya di sana menderita bagaimana? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan egois yang hanya memikirkan diri sendiri dan sama sekali bukan ungkapan kasih sayang terhadap keluarga yang sebenarnya. Kalau memang benar-benar sayang kepada keluarga, mengapa tidak mau berkorban demi mereka?

BERSAMBUNG KE BAGIAN 2......


Tidak ada komentar:

Posting Komentar