Rabu, 16 Desember 2015

TIDAK ADA BANGSA YANG TIDAK BAIK








Pada dasarnya setiap bangsa adalah baik. Masing-masing memiliki norma-norma hukum, norma-norma adat dan  etika yang hampir sama dan bersifat universal. Kalaupun ada perbedaan paling hanya sebatas kebiasaan, misalnya di suatu negara lalulintas  yang benar adalah berjalan di sebelah kiri. Sebaliknya di negara lain lalu-lintasnya yang benar berjalan di sebelah kanan. Kalaupun ada yang tidak baik atau  kriminal pasti hanyalah beberapa gelintir orang yang merupakan oknum-oknum, bukan seluruh rakyat di suatu negeri. Jadi tidak ada bangsa atau negara yang jahat yang kriminal. Kalaupun ada negara yang suka menjajah negara lain pasti itu hanyalah ulah oknum pemimpinnya, bukan semua rakyatnya yang arogan. Adalah salah bila beranggapan orang Cina itu begini, orang Arab itu begitu, orang kulit hitam itu begini, orang kulit putih itu begitu. Orang jahat atau tidak bukan karena warna kulitnya, bukan karena negaranya, bukan karena bangsanya, bukan karena sukunya. Orang jahat adalah pribadi oknum-oknumnya bukan keseluruhan bangsanya.


Di manapun, bahkan di kampung sendiripun kita pasti sering menjumpai oknum-oknum yang tidak baik. Kalau di kampung kita ada dua tiga orang yang tidak baik, bukan berarti kampung kita tidak baik. Pasti marahlah kita kalau ada yang bilang kampung kita kampung jahat. Oleh karena itu kita tidak perlu takut pergi dan hidup di negara manapun. Kalau ada yang bilang orang Cina itu begini, orang Arab itu begitu dan sebagainya, itu hanyalah mitos yang tidak benar. Allah menciptakan semua manusia memiliki kasih sayang, memiliki akal, memiliki budi pekerti yang baik yang sangat berguna untuk menjalin komunikasi dan kerja sama dengan orang lain dan bangsa lain. Bahkan orang jahatpun, tidak mungkin 100% jahat, pasti masih ada beberapa persen, separoh atau lebih yang merupakan sisi-sisi baiknya. Orang baik pun tidak mungkin 100% baik. Hanya saja orang baik umumnya masih bisa menahan diri. Sebaliknya, orang jahat umumnya kurang bisa menahan diri.

Bagaimanapun karakter seseorang dari bangsa manapun, kalau sudah berani mendatangkan kita dari tempat yang jauh dan dengan biaya yang tidak sedikit, pasti tidak berani main-main yang dapat merugikan bagi kedua belah pihak. Antara kita dan mereka saling membutuhkan. Kita butuh kerjaan dan gaji. Mereka butuh tenaga kita. Bila kita main-main, kita bisa dipulangkan sebelum waktunya dan rugilah kita. Bila mereka main-main, kita bisa melaporkan mereka ke pihak yang berwenang, rugilah mereka. Dengan kesadaran ini tentu kedua belah pihak tidak berani main-main. Hindarilah keadaan yang memungkinkan timbulnya keadaan atau sikap yang tidak terkendali, misalnya melakukan keisengan atau kesalahan yang tidak perlu.  Akibatnya bisa berabe bagi kedua belah pihak. Bekerjalah dan bersikaplah sebaik mungkin. Dengan demikian otomatis merekapun segan kepada kita dan memberikan segala hak kita.

Hidup ini hampir tidak ada yang tidak mengandung resiko. Bahkan tidur nyenyak di atas kasur empuk pun tetap beresiko, misalnya, kebakaran, kejatuhan blandar, kebanjiran dan sebagainya.

Seorang penakut tak ubahnya seperti mengalami kematian beberapa kali sebelum meninggal dunia. Baru ada pohon bergerak –gerak saja ketika kita berjalan di kegelapan malam jantung kita sudah seperti mau copot, seperti sudah mau mati. Si pemberani matinya hanya sekali, yaitu ketika ajal sudah menjemputnya.

Bila kita berani menhadapi resiko dari setiap langkah kita, maka hidup ini akan terasa lebih semarak dan menggairahkan, penuh nuansa, penuh harapan dan perjuangan. Ke manapun kita tidak takut, bahkan sampai ke ujung dunia pun akan kita seberangi dengan gagah berani.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar