Masa yang paling berat dirasakan umumnya pada tiga bulan pertama. Masa ini merupakan ujian terberat bagi kita yang baru pertama kali hidup di negeri orang. Perasaan tidak tenteram. Makan tidak enak. Tidur tidak nyenyak. Pekerjaan banyak dan berat. Kerja tidak fokus, serba salah. Begini salah. Begitu salah. Selalu terbayang keluarga di rumah. Ingat enaknya hidup di kampung halaman. Ingat gurihnya tempe goreng, sambal terasi, ikan asin, sayur lodeh dan sebagainya. Cuaca udaranya pun amat menyiksa. Bila panas rasanya seperti dipanggang. Bila dingin seperti masuk ke dalam kulkas.
Memang berat, namun jangan menyerah. Setiap cita-cita butuh pengorbanan. Berakit-rakit ke hulu. Berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Apalah artinya dua tahun bersusah-susah dibanding dengan harapan hari esok yang lebih baik buat anak cucu kita. Biar kita yang menderita. Anak kita jangan sampai sesusah kita. Biar kita menderita, asal anak-anak bahagia, cukup sndang, pangan dan tempat tinggal serta pendidikan dan masa depan yang jauh lebih baik dari kita sekarang.
Banyak orang sukses bukan karena tidak pernah mengalami kesulitan. Mereka sukses justru setelah melalui berbagai kesulitan dan rintangan. Mereka sukses setelah sering jatuh dan bangun lagi. Meskipun berkali-kali mereka jatuh tetapi mereka tidak berputus asa dan pantang mundur sebelum cita-cita mereka tercapai.
Perjalanan orang menuju kesuksesan dalam melakukan suatu usaha tidaklah selalu berjalan mulus. Berbagai kesulitan selalu bermunculan, timbul tenggelam silih berganti. Apalagi di awal-awal usaha, kesulitan itu terasa begitu berat dan hampir-hampir kita tidak dapat menanggungnya. Meskipun demikian kita tidak boleh menyerah begitu saja tanpa perlawanan apa-apa.
Kalau kita umpamakan kesulitan orang dalam mengawali suatu usaha adalah seperti orang mau memetik mangga, sedang pohonnya tinggi dan besar, susah memanjatnya. Kalau betul-betul kita ingin bisa mennikmati kelezatan mangga, maka bagaimananapun sulitnya harus kita berusaha memanjatnya. Meskipun harus digigit semut atau lecet-lecet tangan kita. Kita panjat terus sampai kita berhasil memetik buahnya.
Jika kita menyerah, baru setengah jalan sudah turun lagi, maka kita hanya dapat capek tidak memperoleh hasil apa-apa. Bagi orang yang lemah semangat dan kemauan, maka dia tidak akan tahan tahan menderita, meskipun hanya dengan persoalan-persoalan sepele, seperti capek, pegal-pegal, sedikit lecet dan berkeringat atau gatal-gatal karena digigit semut. Belum sampai setengah jalan pasti sudah turun, tidak jadi memanjat sampai atas. Dan gagallah keinginannya untuk menikmati kelezatan buah mangga. Meskipun berganti-ganti pohon, dengan rintangan yang berbeda-beda, dia tetap tidak akan berhasil sampai atas, kalau setiap bertemu kesulitan di tengah jalan selalu menyerah dan turun. Akhirnya dia tidak akan memperoleh apa-apa selain capek, berkeringat, kotor, dan badan terasa sakit semua.
Begitu pula kalau kita mudah menyerah dan berganti-ganti pekerjaan dan usaha, maka yang kita dapat hanya capek dan malu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar